Sunday, April 17, 2016

TUGAS KELOMPOK ILMU BUDAYA DASAR - 4KA49


Anggota :

# Achmad Arifin                            1B115215

# Indra Dwiguna                            1B115214

# Linda Jayanti                              1B115151

# Shinta Anggari Ayuningtyas     1B115156



Nilai-nilai Dalam Tradisi Pernikahan Adat Bali

Tahapan dan Pelaksanaan UpacaraAdat Bali

• Menentukan Hari Baik
      Setelah sebelumnya keluarga calon mempelai pria datang untuk meminang atau dalam bahasa edua belah pihak keluarga beranjak untuk memilih waktu yang tepat untuk menikahkan kedua putra putri mereka. Warga Bali yang sangat religius, mempercayai hari baik untuk melaksanakan pernikahan. Dimana hari baik yang telah disepakati tersebut, menjadi hari bagi calon mempelai wanita untuk dijemput dan dibawa ke rumah calon mempelai pria.

• Upacara Ngekeb
     Sama halnya dengan ritual siraman pada adat Jawa, dalam adat pernikahan Bali pun mempunyai tradisi demikian. Perbedaannya, sebelum siraman, calon mempelai wanita dilulurkan oleh ramuan yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga dan beras yang telah ditumbuk halus, serta air merang untuk keramas. Persiapan ini sebagai bentuk menyambut hari pernikahan keesokan harinya. Selain persiapan secara lahiriah, mental atau batin pun perlu persiapan dengan memperbanyak doa kepada Sang Hyang Widhi agar menurunkan kebahagiaan dan anugerah-Nya. Dalam menjalani ritual ngekeb, calon mempelai wanita dilarang untuk keluar dari kamar mulai sore hari hingga keluarga calon mempelai pria datang menjemput.

• Penjemputan Calon Mempelai Wanita
     Sesuai tradisi, perayaan pernikahan tidak diadakan di kediaman pihak wanita seperti kebanyakan daerah, tetapi dilaksanakan di kediaman pihak laki-laki. Itu sebabnya mengapa calon mempelai wanita dijemput. Namun, sebelum dijemput untuk dibawa, calon mempelai wanita telah diselimuti kain kuning tipis mulai dari ujung rambut hingga kaki. Kain kuning yang membungkus calon mempelai wanita diibaratkan bahwa mempelai wanita telah siap mengubur masa lalunya sebagai lajang untuk menyongsong kehidupan baru, kehidupan berumah tangga.

• Mungkah Lawang (Buka Pintu)
      Sedikit mirip dengan upacara buka pintu dalam adat Sunda, perbedaannya terletak pada orang yang mengetuk pintu. Jika dalam tradisi Sunda orang yang mengetuk pintu calon mempelai prianya, tetapi dalam adat Bali ada seorang utusan yang disebut mungkah lawang yang bertugas mengetuk pintu kamar calon mempelai wanita sebanyak tiga kali. Kedatangan mempelai pria juga dipertegas dengan tembang yang dinyanyikan utusan mempelai pria (malat). Syair yang ditembangkan berisikan tentang kehadiran mempelai pria untuk menjemput mempelai wanita. Kemudian tembang balasan yang dilantunkan malat dari pihak wanita terdengar yang mengatakan bahwa mempelai wanita telah siap untuk dijemput. Mendapat lampu hijau, calon mempelai pria pun membuka pintu setelah diizinkan dan dipersilakan oleh keluarga pihak wanita. Calon mempelai wanita digendong menuju tandu untuk segera dibawa ke kediaman keluarga pria tanpa didampingi kedua orang tua mempelai wanita, tetapi seorang utusan ditunjuk untuk menyaksikan upacara pernikahan.

• Upacara Mesegehagung
      Ritual mesegehagung merupakan upacara khusus menyambut mempelai wanita. Setibanya di kediaman mempelai pria, kedua mempelai diturunkan dari tandu untuk bersiap menghadapi prosesi mesegehagung. Sekali lagi, kedua mempelai ditandu menuju kamar pengantin. Kain kuning yang masih menyelimuti tubuh mempelai wanita akan dibuka oleh ibu calon mempelai pria dan ditukar dengan uang kepeng satakan (kepeng sebutan untuk mata uang pada masa lampau) senilai dua ratus kepeng.

• Mekala-Kalaan (Madengen-Dengen)
      Dengan dipandu oleh pendeta Hindu, prosesi mekala-kala dimulai tepat saat bunyi genta bergema. Pelaksanaan mekala-kala harus sesuai dengan tahapan-tahapan berikut ini  :
      
         - Menyentuhkan Kaki pada Kala Sepetan 
           Upacara mekala-kala bertujuan untuk menyucikan dan membersihkan diri kedua mempelai. Mempelai pria memikul tegen-tegenan sementara mempelai wanita membawa bakul perdagangan, lalu keduanya berputar sebanyak tiga kali mengelilingi sanggar pesaksi, kemulan, dan penegteg. Keduanya diwajibkan menyentuhkan kaki pada kala sepetan.

         - Jual Beli
           Bakul yang dibawa oleh calon mempelai wanita tersebut kemudian akan dibeli oleh calon mempelai pria. Kegiatan tersebut merupakan analogi dari kehidupan berumah tangga yang harus saling melengkapi, memberi dan mengisi, hingga meraih tujuan yang diinginkan.

         - Menusuk Tikeh Dadakan
            Calon mempelai wanita telah bersiap memegang anyaman tikar yang terbuat dari daun pandan muda (tikeh dadakan). Sedangkan calon mempelai pria memegang keris, siap menghunuskan tikeh dadakan dengan kerisnya. Menurut kepercayaan umat Hindu, tikeh dadakan yang dipegang calon mempelai wanita menyimbolkan kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni), dan keris milik calon mempelai pria perlambangan dari kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga).

         - Memutuskan Benang          
           Sebelum memutuskan benang, kedua mempelai bersama-sama menanam kunyit, talas dan andong tepat di belakang merajan atau sanggah (tempat sembahyang keluarga), sebagai wujud melanggengkan keturunan keluarga. Baru setelah itu, memutuskan benang yang terentang pada cabang dadap (papegatan) yang menganalogikan bahwa kedua mempelai siap menanggalkan masa remaja untuk memulai hidup berkeluarga.

• Upacara Mewidhi Widana (Natab Banten Beduur)
     Pelaksanaan prosesi ini berlangsung di dalam pura keluarga pihak pria yang dipimpin langsung oleh pemangku sanggah serta diantar pinisepuh. Diselimuti suasana syahdu, kedua mempelai berdoa menyampaikan kehadiran keluarga baru kepada leluhur untuk melanjutkan keturunannya.

• Upacara Mejauman (Ma Pejati)
     Dalam aturan adat Bali, wanita yang sudah menikah akan mengikuti suaminya. Maka, untuk menghormati leluhur keluarga, diadakan upacara untuk memohon pamit kepada leluhur mempelai wanita yang disebut upacara mejauman. Kedatangan mempelai wanita untuk menjalani upacara tersebut didampingi keluarga mempelai pria yang membawa serta berbagai penganan tradisional berwarna putih dan merah, kue bantal, apam, sumping, kuskus, wajik, gula, kopi, buah-buahan, lauk-pauk dan lain sebagainya.

Simbol-simbol upacara adat Bali

1.  Sanggah Surya
       Di sebelah kanan digantungkan biyu lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa (simbol) stana Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih. 
       Biyu lalung adalah simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan simbol pengantin pria.
       Kulkul berisi berem simbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih, dewa kecantikan serta kebijaksanaan simbol pengantin wanita.

2.  Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)
        
Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upakara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.


3.  Tikeh Dadakan (tikar kecil) & Keris          
        Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni) dan Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria.
4.  Keris

        Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang kepurusan dari pengantin pria

5.  Benang Putih
       Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm. 
       Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut.
       Dari segi spiritual benang ini sebagai simbol dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari Brahmacari Asrama menuju alam Grhasta Asrama.

6.  Tegen - tegenan
        Makna tegen-tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala. Adapun perangkat tegen-tegenan ini  :
-  Batang tebu berarti hidup pengantin artinya bisa hidup bertahap seperti hal tebu ruas demi ruas, secara manis.
-  Cangkul sebagai simbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan Dharma
-  Periuk simbol windhu
-  Buah kelapa simbol brahman (Sang Hyang Widhi)
-  Seekor yuyu simbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.





7.  Suwun-suwunan (sarana jinjingan)
       Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.

8.  Dagang-dagangan
        Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.


9.  Sapu lidi (3 lebih). 
       Simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan kewajiban melaksanakan
Tri Rna, berdasarkan ucapan baik, perilaku yang baik dan pikiran yang baik, disamping itu memperingatkan agar tabah menghadapi cobaan dan kehidupan rumah tangga.

10.  Sambuk Kupakan (serabut kelapa)
          Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian. Telor bebek simbol manik. Kedua Mempelai saling tendang serabut kelapa (metanjung sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Ini mengandung pengertian.  Apabila mengalami  perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut kalapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

11.  Tetimpug
         adalah bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.


Sumber  :













No comments:

Post a Comment